Back to Top

Wednesday, January 11, 2017

Mahasiswa Ketika Ujian

Assalamaulaikum sahabat santri semua.. jumpa lagi dengan saya. semoga para santri semua senantiasa berada dalam Rohmah, dan Hidayan-Nya, amiin.

pfiuhh,, masa-masa ujian ini kang,, mbak,,, saya yang saat ini berada di bangku kuliah, sedang menjalani UAS, mohon do'anya,, semoga lancar, dan mendapatkan hasil yang membanggakan bagi kedua orang tua, amiin.

ok kang,,, mbak,, 
kali ini saya akan mengajak anda bersantai sejenak, hitung-hitung refreshing disela ujian, hehehe...
pernah suatu ketika saya membaca sebuah postingan di salah satu grup WA, kiriman dari seorang dosen yang didalamnya menyebutkan anekdot, (atau mungkin sesuai dengan kenyataannya, entahlah. hahaha,,)
jadi begini, disebutkan bahwa ada berbagai jenis mahasiswa ketika dia ujian, diantaranya adalah;
1. Mahasiswa Idealis.
Mahasiswa jenis ini, biasanya menjadi panutan dalam kelas. Dia terlahir sebagai mahasiswa yang rata-rata berotak encer. Mereka ini yang biasanya "mendadak tuli" ketika ujian. tapi menjadi normal lagi ketika mendengar ajakan ngopi dikantin, kan aneh?
mahasiswa jenis ini suka sekali melakukan segaala sesuatu secara prosedural. ini itu harus sesuai dengan aturan yang berlaku, baginya Aturan dalah harga mati. ketika ujian dilarang pinjam-meminjam alat tulis itu dilarang, maka ia akan membawa sendiri semua alat tulis yang ia perlukan. dan apabila sudah mencapai ke tahap "dilarang contek-mencontek" maka dia bisa menjadi orang asing dalam kehidupan kita. nyebelin memang, bagi sebagian orang yang suka "mengharap adanya ilham" karena tidak belajar sebelumnya. ahh,, sudahlah. hak dia, haha
2. Mahasiswa Novelis.
Mahasiswa jenis ini suka sekali memenuhi lembar jawaban dengan berjibun tulisan, yang sebenarnya kita tidak tahu apa sebenarnya yang ia tulis. memang jawaban yang ditanyakan, atau karangan? haha,,, entahlah. itu asasi dia, toh, kita bukan yang mendikte dia, dan juga bukan yang akan mengkoreksi hasil ujiannya.
namun negatifnya adalah dia merasa pesimis dengan sesuatu yang singkat, karena menurutnya jawaban yang panjang lebar adalah yang paling benar. jadi saat teman yang lain cukup dengan satu lembar jawaban, maka mungkin saja dia membutuhkan lebih banyak lagi, untuk menyelesakan novelnya, ups... jawabannya.
3. Mahasiswa Gaib.
ini adalah jenis mahasiswa yang memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, entah dulu dia berguru kepada siapa, dan bertapa seberapa lama, tapi yang jelas dia mampu mengisi penuh semua absensi kelas dan hadir ketika ujian, meskipun dalam prakteknya tidak pernah masuk. Waau... emejing.
Mungkin saja dia sudah datang tanpa sepengetahuan kita, dan menyaar menjadi meja kuliah, atau papan tulis, atau bahkan penghapus papan tulis. Kebayang kan,,, ketika dosen menghapus tulisan di papan tulis tiba-tiba si mahasiswa ini mendadak kembali ke bentuk asalnya. hiii,,,,
4. Mahasiswa Penipu
Aneh sih dengan namanya, seakan menjustifikasi bahwa dia seorang penipu. Sebenarnya bukan begitu, namun ini kaitannya dengan ujian. Ketika mahasiswa ini ujian, dia akan menampakkan apa yang tampak dari mahasiswa pada umunya. Dia ibarat bunglon, yang dengan mudahnya berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Ketiksa teman-temannya belum belajar sebelumnya, maka ia akan menampakkan wajah tanpa dosa dengan sedikit improvisasi bahwa ia juga belum belajar, padahal sudah pasti dia sudah menguasai materi tersebut. Menyebalkan nggak sih...? kita yang merasa PD dengan jawaban yang akan kita tulis nanti, dengan merasa bahwa apapun jawaban kita nanti paling tidak tidak akan jauh berbeda salah-benarnya dengan jawaban teman kita. namun kita akan kaget, dan memaki-maki dalam hati bila nanti kenyataannya nilai dia jauh lebih bagus. hu,,hu.. hu...

huahhhhhh,,, maaf,, sementara ini aja dulu. kapan-kapan kita lanjut lagi. oiya... btw .. kalian  ada yang masuk kedalam kriteria ini ndak kang,, mbak,, hahaha...

ok,, maaf.. sampai disiini saja dulu,, besok masih ujian,, daa
wassalamalaikum....

Thursday, January 5, 2017

Taqlid Sebagai Cara Pengamalan Ajaran Islam

Taqlid Sebagai Cara Pengamalan Ajaran Islam
Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin, agama yang mengajarkan kasih sayang, rahmat, dan kelembutan bagi seluruh alam dan seisinya. Lalu Islam itu sendiri seperti apa ajarannya? bagaimana kita bisa mempelajarinya? dan kapankah agama ini ada?
Muncul berbagai pertanyaan dalam benak kita mengenai Islam itu sendiri. diantaranya adalah yang sudah saya sebutkan diatas.  
Sedikit yang saya ketahui, bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, yang merupakan utusan Allah, tuhan semesta alam dan yang menjadi "tokoh utama" dalam ajaran Islam. Karena Dia-lah Tuhan umat Islam, yang telah menciptakan hamba-hamba-Nya, beserta seluruh alam ini beserta isinya dan yang mengajarkan kasih sayang, rahmat, dan kelebutan kepada para manusia, agar mengasihi diri sendiri, sesama dan antar makhluk ciptaannya.
Lalu bagaimana kita bisa mempelajari Islam itu sendiri? dengan cara apa kita mempelajarinya?

maka disini saya akan membahas cara kita dala meahami Islam, yakni dengan ber-Taqlid.
Karena apa? kita mnegetahui bahwa agama Islam muncul sejak berabad-abad lamanya, yangmana hal itu menjadikan kita tak mungkin akan menemui pembawa berita dan ajarannya secara langsung. Bisa kita ibaratkan, apabila kita menginginkan minum air segar yang murni dari pegunungan, sedangkan kita berada ditengah kota, lalu bagaimana kita bisa menikmatinya? yang jelas kita membutuhkan "perantara", misalkan pabrik-pabrik produsen air mineral.
atau dalam contoh lain, kita memiliki kendaraan bermotor yang membutuhkan bahan bakar, lalu apakah kita langsung menuju ke pengeboran minyak bumi dan mengisi kendaraan kita dengan hasil boran? tentunya tidak begitu. karena kendaraan kita tidaka akan mampu menerimanya. 
maka dari itu, peranan taqlid sangatlah dibutuhkan sebagai "perantara" kita memahami ajaran Islam secara tidak langsung menemui pembawa berita, namun melalui perantara. dan sebagai penolong bagi kita sebagai mesin kendaraan yang belum tentu  mampu menerima "bahan bakar" langsung dari sumbernya.

Taqlid berasal dari kata qallada-yuqallidu-taqliidan yang berarti mengulangi, meniru, mengikat, atau mengikuti. Kemudian dalam istilah Agama dipergunakan dalam arti “mengikut pendapat orang lain yang diyakini kebenarannya sesuai dengan al-Qur’an dan al-hadits . Sedangkan didalam Ushl Fiqh, taqlid adalah: “Menerima perkataan seseorang, sedangkan engkau tidak mengetahui darimana asal perkataan/pengetahuan itu”. Definisi tersebut mengandung arti bahwa bertaqlid itu mempercaai pendapat seorang Ulama’ untuk diikuti, meskipun kita tidak mengerti bagaimana Ulama tersebut berijtihad, atau bagaimana meng-istinbath-nya dari Al-Qur’an atau Hadits. 
Bertaqlid, tidak selalu identik dengan mengikut secara membabi-buta, yang dalam Bahasa Arab diistilahkan dengan Taqlid A’ma(Taqlid Buta) tanpa sama sekali mempertimbangkan apakah pendapat yang diikuti ini benar atau salah .
Memang, pada awalnya semua orang pasti mengalam proses mengikuti tanpa mengerti kekuatan yang diikuti. Anak yang baru belajar shalat pastinya akan menurut dengan apa yang dijarkan oleh guru/ ayahnya tanpa bertanya apa dasr dan dalilnya. Yang boleh bertaqlid(muallid) adalah orang-orang awam yang tidak mungkin mengetahui dalil naqli, sedangkan untuk Dalil Aqli maka hampir tidak ada orang yang diperbolehkan bertaqlid, keceuali memang benar-benar orang tersebut betul-betul bodoh dan tidak dapat menggunkan akalnya sevara normal. Sedangkan yang boleh ditaklidi adalah mereka yang benar-benar diketahui engerti dan mentaati hukkum-hkum syara’berdasarkan dalil yang benar. Bahkan Ulama mengharamkan bertaqlid epada orang yang tidak mau emperdulikan Al-Qur’an dan Assunah dan tidak diktahui keahliannya . Pesan Imam madzhab masalah taqlid: 1. Imam Abu Hanifah menyatakan: "Ini adalah pendapat saya, dan itulah sebaik-baik yang aku dapati, maka barangsiapa datang padaku dengan yang lebih baik lagi, maka dialah yang lebih benar". 2. Imam Malik menyatakan: "Aku adalah manusia yang bisa juga salah bisa juga benar, maka lihatlah olehmu pendapatku. Apa yang sesuai dengan kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya maka ambillah. Dan yang tidak sesuai dengan keduanya maka tinggalkanlah". 3. Imam Syafi’i menyatakan: "Hai Abu Ishaq, janganlah kamu bertaqlid belaka padaku dengan apa yang aku katakan, tetapi lihatlah kepada dirimu, karena itu adalah urusan agama". 4. Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan: "Janganlah kamu sekedar mengikuti pendapatku juga pendapat Malik, Auza’i, tetapi carilah darimana mengambilnya" . Dengan demikian, Muqallid(orang yang bertaqid) adalah orang-oarng yang bisa memahami kitab-kitab fiqih, namun tidak mampu memahami mana yang lebih berbobot, mana yang tidak . Apa yang ada pada kitab yang ia pelajari itulah yang dia ambil sebagai hukum, berdasarkan dalam kitab tertentu, menurut ulama tertentu. Dan inilah yang sudah sangat lazim berlaku di kalangan mereka yang mengaku terkait degan madhzab ataupun tidak sama sekali. Lalu apkah dengan ini kita bisa mengatakan bahwa orng yang taqlid itu tidak mempunyai dalil? Tidak, karena mereka menjadikan apa yang tertera didalam kitab, dan perkataan para Ulama itulah dalil mereka. Menurut Ahlssunnah wal jamaah hukum bertaqlid itu ada dua macam:
 1. Diperbolehkan, yaitu bertaqlid dalam masalah-masalah furu’ bagi orang yang tidakmampu ber ijtihad, denga mengikuti tuntunan para Imam Madhzab.
 2. Tidak diperbolehkan; apabila a. Bertaqlid sematamata karena mengikuti adat dan kebiasaan yang jelas bertentangan dengan agama Islam. b. Bertaqlid kepada seseorang yang belum jelas dan belum diketahui kemampuan, dan keahlianya dalam ilmu Agama c. Bertaqlid kepada pendapat yang jelas-jelas salah d. Bertaqlid dalam masalah keimanan, kecuali orang bodoh yang tidak berpeluang untukbelajar

Begitulah, sedikit yan dapat saya uraikan menegnai taqlid, semoga bermanfaat.

Wednesday, January 4, 2017

Santri Berduka

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un.

Telah Wafat Al-Mukarrom Mbah KH Umar Syahid (Mbah Umar Tumbu) Santri Hadrotus Syaikh Mbah KH Hasyim As'ary, Usia 114 thn.

Sosok Teladan alm KH. Umar Syahid (Mbah Umar Tumbu) Pacitan

"Gamane wong urip iku ono loro : Ilmu lan Taqwa"
(Bekal untuk orang hidup itu ada dua, yaitu Ilmu dan Taqwa)

Beliau merupakan ulama' sepuh (usia beliau di atas 100 tahun), yang sangat dihormati di kalangan warga NU, utamanya di Pacitan Jawa Timur. Ulama yang lebih mendahulukan kepentingan umat daripada dirinya sendiri. Yang tidak pernah mengejar kenikmatan dunia.

Kalau sowan ke ndalem beliau, para tamu senantiasa diminta untuk makan nasi dan lauk pauk yang memang selalu disiapkan oleh keluarga atas kehendak Mbah Umar.

Saat jamaah menjenguk beliau ke rumah sakit, ada sedikit rona kesedihan dari wajahnya, sebelum beliau kembali cerah. Dalam sakitnya, beliau minta maaf kepada seluruh penjenguk, karena tidak bisa menyuguhkan nasi sebagaimana yang dilakukan ketika berada di rumah.

Dalam sakitnya pun beliau juga tidak lepas memikirkan keadaan bangsa ini. Ada semacam kesedihan yang mendalam ketika beliau merasakan keberadaan bangsa ini yang tak kunjung menjadi baik.

Kaum Muslimin menyebut atau menggelari beliau sebagai salah satu kiai yang loman. Di saat orang-orang berebut memperoleh timbunan-timbunan harta dunia, beliau malah berbuat sebaliknya. Tanpa merasa ragu, tanahnya dihibahkan kepada Dinas Pendidikan Pacitan untuk dibangun gedung sekolah.

Beberapa hal yang juga kami kagumi adalah sikap istiqomah beliau dalam khidmat, sekaligus sikap tawadhu' beliau terhadap guru dan pondok pesantren. Kami pernah mendengar beliau menyampaikan, "Aku iki kur buntut, sirahe iku Tremas" (saya ini cuma ekor, kepalanya ituTremas),hal itu merujuk pd Syeh Mahfud At-turmusi. Selain itu cintanya kepada NU juga dan shalawat juga luar biasa .

Setiap kali Jam'iyah Nahdhatul Ulama' atau pesantren mengadakan acara shalawatan, maka beliau tidak pernah absen. Beliau selalu rawuh. Meskipun jarak tempuh dari ndalem beliau sangat jauh dan dengan usia beliau sudah semakin sepuh, tentu kekuatan fisiknya pun telah berkurang. Namun itu tak menjadi penghalang bagi beliau.

Rabu malam (04/01/2017), Warga Nahdliyin dan Umat Muslim Indonesia kembali ditinggalkan oleh salah satu ulama sepuhnya. Simbah KH UMAR SYAHID (Mbah Umar Tumbu, usia 114 tahun). Santri Sepuh dan teman satu kelas dg alm. KH. Hamid pasuruan di ponpes Tremas dipanggil kehadirat Allah SWT,  pukul 22.55 di RSUD Pacitan.
Semoga Allah SWT menempatkan beliau ditempat yang paling indah disisiNYA. Aamiin.

Kini, beliau telah kembali ke sang pemilik keabadian.
--
(canu_jatim dan berbagai sumber)

Lahu Al-Fatihah Aamiin...